SELAMAT DATANG DI MEDI@ AMANAH

Rabu, 09 Februari 2011

S E T I A

Dulu ketika aku belum mengenalmu
Aku bermimpi untuk mengenalmu

Setelah aku mengenalmu
Aku bermimpi kau menjadi kekasihku

Setelah kau menjadi kekasihku
Ku bermimpi kau menjadi istriku

RINDU INI

Rindu ini rindu bulan pada bintang
Lewati sekat luas terbentang
Rindu ini rindu api pada air
Menembus segala dan mencair

Kuingin lewati hari bersamamu
Gandeng tanganku tak jemu
Bersama selalu bersama
Satukan hati dengan cinta dan damai

Bontobangun, 2006

SAKANKURUSNI

Ya Allah
Kini kubutuh berani
Meski kutau ini doa kan dijabah
Tapi ku mohon ya Allah….
Ada lepasan kata yang harus dan segera terwujud


Bontomanai 8-8-06/19-10-06

KEKASIHNYA MATI DALAM PELUKAN

Seakan berlari menjemput maut
Air mata berceceran di lantai
Sejuta kenangan menggenangi fikiran
Dirangkulnya dalam-dalam
Tak lepas-lepas
Dia bisikkan kata :

PA’DISENGENG

Ada kekuatan yang mengantar kita
Menembus jarak dan batas fikir

Ada kekuatan yang menuntun kita
Lewati segala yang tak terkira

Ini kekuatan cinta
Lekat melekat di dasar hati
Mengantar dan menuntun kita
 
Ke tempat yang begitu berartti
Bijawang, 4 April 2006

TOK TOK TOK

Masihkah ada kesunyian yang lebih dari ini?
Lolongan anjing, suara jangkrik
 
Dan lampu-lampu jalan yang tak lagi berfungsi

Di sini semua diri bersemedi
BBM susah dicari
Dan harga-harga yang melambung tinggi
Serta massa rakyat yang menanti kompensasi

Bontomanai, 21 September 2005

BURN BACK METHOD 2

Tak ada lagi yang benar selain merasa benar
Naikkan BBM biar tenar
dan rakyat berteriak meski tak terdengar

Masuklah ke hutan
 
Tebanglah pohon-pohon
Jadikan kayu bakar
Sebab tak ada lagi yang benar selain merasa benar.

Bontomanai, 18 September 2005

BURN BACK METHOD 1

Something wrong in this country
Every body feels so lonely
Because the government not friendly

Something wrong in this country
Burn back the society
When the cost so highly

Never feel happy
But this is our country
Burn back the society
It is our country

Bontomanai, 18 September 2005

SEBUAH KENANGAN

Percuma kawan
Semua percuma

Kepalan tangan setinggi awan
Merah putih setengah tiang
Atau berteriak lantang di tengah jalan
Semua tak mampu merubah keadaan

Korban pun berguguran
Kita pun tak lagi heran
Yang kita bisa hanya diam
Sebab semua suara tak terdengarkan

Lalu apa yang bisa kita lakukan?

Semua emosi terpaksa diredam
Cuma di dalam hati meriam bisa diledakkan
Biarlah menjadi sebuah kenangan
Massa rakyat kembali menjadi korban

Bontomanai, 20 September 2005

SENYUMAN RAMADHAN


Ku tahu senyumanmu di satu ramadhan adalah harapan
Dan komat kamit indah bibirmu di satu ramadhan adalah tobatmu

Kemarilah ……….
Bersama kita hanyutkan diri di lautan syahadat.

Bontomanai, 1 September 2005

SAD STORY



Di sini pasir-pasir menamparku
Dan panas mentari menusukku
Angin pun tak mampu belai lembut kulitku

Pantai Bira, 28 Agustus 2005

THE TROUBLE OF SIGNAL

Bagaimana mungkin kau kulepas dari lubuk hatiku
Sementara resah gelisah bangunkan nyenyak tidurku
Saat tak kudengar lembut bisikmu.

Bontomanai, 16 Juni 2005

MATA MERINDU

Tidakkah kau lihat wajahku disetiap kedipan matamu?
Aku bergelantungan di sana
Di lentik bulu matamu
Aku berbaring di sana
Di indah alismu
Memandangmu tak jemu-jemu

Sesekali aku mengintip di kelopak matamu
Melihat wajahku di indah bola matamu

Bontomanai, Juni 2005

INI RINDUKU GILA

Ini rindu menikam-nikamku
Tak kuat lagi ku mengelak
Atau bersembunyi di balik gengsi

Ini rindu menguliti sabarku
Sangat ingin mendekapmu
Ini rindu mencari-cari wangi tubuhmu
Ke sela-sela dedaunan
Ke sepoi-sepoi angin
Ke angan-angan
Ke masa-masa
Ke mana lagi?

Ini rindu semakin gila
Melilit-lilitku
Merengek-rengekku
Aku semakin kaku

Ini rindu semakin mengirisku
Sepertiga malam mengetukku
Membawa dingin dan bisu

Ini rindu membuaiku
Ini buaian rinduku.

Bontomanai, 6 Juni 2005

JANGAN TIDUR PULAS

Ini hati tak tidur pulas
Rindu kita ditimang – timang waktu
Tapi tabahmu mengikat hati

Ini hati tak tidur pulas
Ingin segera kupandang air mukamu
Kita pun hanyut di rindu

Ini hati tak tidur pulas
Sebab jarak masih memisah
Sebab resah masih gelisah

Ini hati tak tidur pulas
Meski telah terpaut
Kita harus mendoa

Bontomanai, 28 Mei 2005

SEBUAH PENGAKUAN

Dimana kan ku basuh tangan ini
Dengan segala hitam melumuri
Tanpa sedekah dan tasbih
Dan mulut yang bau ini
Tanpa senyum dan syahadat
Serta mata, telinga dan kaki
Yang dengan sombong bersekutu

Hati ini pun terlumuti
Hingga tak lagi menyinari

Lalu kepada siapa lagi
Air mata ini kan kuteteskan
Dan sedu sedan ini ku tumpahkan

Disepertiga malam ini
Kucoba tuk mengetuk pintu tobat MU
Allah….
Aku ingin seperti bayi lagi

Herlang, Akhir Ramadhan 2005

ETALASE KACA

Ditatap binar
Di suasana hingar bingar
Di mata berkaca-kaca
Di etalase kaca

Dimimpi-mimpi terharu
Dihuru-hara diharap
Di balik etalase kaca

Dipandang-pandang takut
Di wajah-wajah kecut
Di jiwa-jiwa kecewa
Di balik etalase kaca

Di meja-meja kerja
Dipuja-puja
Disanjung-sanjung
Ditembusnya etalase kaca

Disunyi senyap
Dimimpi-mimpi
Dibeli etalase kaca
Diterbangkan dengan sayap
Dimimpi – mimpi ke mimpi-mimpi
Disulap lalu lenyap
Di ruang hitam pekat
Pangkep, 5 Oktober 2003

HATIKU CINCINMU

Aku sementara membuat cincin dari hatiku
Kalau Tuhan dan kau setuju
Akan kupakaikan di jari manismu


Makassar, 4 Februari 2003

ELEGY PENDOSA

Terbujur kaku raganya
Kala jiwa tak lagi sertai dirinya
Lalu menjerit tanpa suara
Bisu tuli menatap buta

Ratapan iba kan hampiri
Setiap isi batin kan haru iba
Tersentak harap yang dulu kembali
Namun masa tiba saatnya

Bersimbah peluh menghadap-Nya
Ketegangan kan warnai setiap tarikan nafasnya

Innalillahi wa inna ilaihi rojiun

“bertanyalah padaku” katanya
Tentang jiwa yang merah menyala
“Lalu aku kan disambut puluhan nyawa sesal, di pintu neraka aku menyesal ingin pulang”

Makassar, 22 Agustus 2002

DALAM DIAM AKU MENCINTAIMU


Ssssstttttttttt!!!!!!!!
Sssssstttttttt!!!!!!!!
Ssssssstttttttttt!!!!!

Takalar, akhir Desember 2002

KUBERONTAK

Pulpen, kertas dan imaji
Tak mampu lagi ku buang seperti inginmu
Sebab kelak itu kan jadi aku
Maka biarkanlah dia mengantarku
Ke tempat tambatkan hati

Pulpen, kertas dan imaji
Acap kali menggodaku
Tuk menari bersama dalam irama apa saja

Maka biarkan dia mengantarku
Karena tak semua kata dapat disampaikan lewat berkata.

Makassar, 23 Juli 2002

ISTANA SANDAL JEPIT

Kami di sini bermimpi lesuh dan lemah
Bertemankan semut dan cicak bukan jerapah
Diiringi oleh indahnya suara nyamuk panuan
Dijaga sekompi serangga cacingan

Istana sandal jepit
Di dalamnya ada taman gawat darurat
Penghuninya sekarat
Tapi kami bukan orang keparat

Makanan kami luka memar
Kami minum air mata duka
Bermandikan keringat ketidak cukupan

Istana kami bukan istana sepatu bermerk
Yang selalu disemir uang kebohongan
Lalu dipakai untuk menginjak kutu busuk

Istana kami beda dengan istana anda
Kamu merasa cukup sedang kami cukup merasa
Kami hidup apa adanya dank au serba ada
Itulah istana kami, tempatnya orang yang tidak berada

Mamoa/Makassar Februari 2002

MENGINTIP MENTARI

Menatap hampa di ruang tatap muka
Bercermin pada angin yang tak capai bentuk
Tersungging senyuman pada khayal
Berpijak di jiwa menanti mentari

Mengharap ruang tuk cipta bentuk
Tak hanya sebatas ide
Realisasi menanti
Tuk jumpa mentari

Biar rinduku kan katakan….
“ rinduku mentari, ah …. Kau itu …..”

Makassar, 5 Juli 2002

?


Biarkan kesedihan menyelimutiku
Dan tangis yang merengekku tuk ingat semua duka dosa

Jika seandainya itu yang terbaik
Maka kan kuasingkan diri ini
Dan hidup di keramaian yang sunyi.


Makassar, 4 Februari 2002

KALA KU TIADA LAGI

Aku akan pergi meninggalkanmu
Kala jemariku tak mampu lagi tuk ungkapkan semua isi hatiku, bahkan usus dan segenggam khayalanku

Aku akan pergi meninggalkanmu
Kala kata tiada lagi bermakna
Kala mentari telah begitu gelap
Dan aku tak tahu lagi posisiku dimana.

Aku akan pergi meninggalkanmu
Kala semua yang pernah kutanggalkan kupakai dan kuketatkan kembali
Dimana aku kembali menjadi bayi lagi

Dan saat kau ke rumahku
Lalu kau tancapkan bendera putih
Lalu kau pahat nisanku
Kau galikan liangku
Kau taburinya dengan bunga
Dan kau menangis sedang aku tersenyum
Maka aku takkan pergi meninggalkanmu
Karena aku masih berada di setiap puisiku
Kecuali kau tak betah lagi
Kala aku menyanyi, teriak dan diam di rumah imajimu.

Makassar, 2000

TEMAN MINI INDONESIA

Mata sipit 
Bukalah ………………..

Pintu hati nurani
jangan di tutup

Aku ingin punya teman negeriku
Biar kepalaku bisa menjadi pemimpin yang baik.

K.M. Lambelu, 12 Juli 2000


CAT PUTIH AGUSTUS

Kepala badanmu menyuruh tanganku
Tuk cat putih kukuku
Namun sadarkah kita????
Apa itu putih????

Bantimurung, 5 Agustus 2000

MONAS

Seperti kita melihat seluruh Jakarta
Dari puncak Monas ini
Sadarilah
Bahwa Allah lebih dari itu.

Jakarta, 4 Juli 2000

LANGIT BIRU

Antrian panjang
Menanti kue jabatan
Mengucur deras keringat jutaan
Mulut lebar berkelakar
Ingin ciptakan hidup hijau
Mereka berkata : “ biru dan hijau hidup yang akan kuciptakan ”
Tapi begitu dapat kue…….
Mana itu dulu yang akan kau ciptakan?????!!!!
Langit biru, akankah tercipta?

Surabaya, 11 Juli 2000